Minggu, 07 April 2013

16. Tangkuban Perahu



Gunung Tangkuban Perahu atau juga sering disebut Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung terbesar di dataran Parahyangan. Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu berada di utara kota Lembang, sebelah utara kota Bandung. Udara sejuk, hamparan kebun teh, lembah dan tingginya pohon pinus menemani perjalanan Anda menuju pintu gerbang kawasan Tangkuban Perahu. Berada di ketinggian 1860 meter, tepatnya didaerah Lembang, Kabupaten Bandung - Jawa Barat, objek wisata Tangkuban Perahu memang menjadi salah satu andalan pendapatan daerah setempat. Dengan harga tiket masuk 8000 rupiah perorang dengan rata-rata jumlah pengunjung mencapai 500 orang setidaknya mampu meraup pendapatan sekitar 3 juta rupiah perhari diluar pemasukan dari biaya masuk untuk kendaraan pribadi maupun bis wisata. Belum lagi pendapatan yang diperoleh secara tidak langsung dari transaksi jual beli makanan maupun cindera mata yang ada disekitar lokasi itu, yang tentunya juga ikut menyumbang dalam jumlah yang tidak sedikit bagi kas pendapatan daerah.



Gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di pulau jawa. Beberapa kali gunung ini tercatat pernah meletus, mengeluarka isi perutnya sehingga menghasilkan sembilan kawah yang tersebar di berbagai tempat di puncak gunung tersebut. Kawah Ratu merupakan kawah terbesar di lokasi ini, dikuti dengan Kawah Upas yang terletak bersebelahan dengan kawah ratu dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 25 menit menempuh jarak sekitar +/- 1500 meter dari pos pengamat, mengitari tepi Kawah Ratu, berlawanan arah jarum jam.
Kawah Upas memiliki dasar kawah yang dangkal dan datar, dengan pepohonan liar tampak banyak tumbuh di salah satu sisi dasar kawah. Mungkin dikarenakan dangkal dan tidak terlalu luas, disamping juga harus ditempuh dengan jalan kaki terlebih dahulu, (berbeda dengan Kawah Ratu dimana mobil pribadi bisa parkir tepat di bibir kawah), Kawah upas jarang dikunjungi wisatawan. Pemandangan yang disajikan pada Kawah Upas ini cenderung "biasa-biasa" saja, namun dimungkinkan untuk menikmati pemandangan Kawah Ratu dari sisi yang berbeda, mengingat bibir Kawah Ratu dan Kawah Upas menyatu dalam bentuk satu jalur pendakian, dengan Kawah Ratu pada sisi kiri dan Kawah Upas pada sisi kanan.



Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara tanda aktivitas gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di antaranya adalah di kasawan Ciater, Subang.
Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m di atas permukaan laut merupakan sisa dari danau besar yang terbentuk dari pembendungan Ci Tarum oleh letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung Sunda Purba terhadap peristiwa pada saat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar